May. 20th, 2015

yumn_yumi: (Default)
Title : Oyasumi, Nino
Pairing/group : Sakumiya (Arashi)
Length : Oneshot
Rating : I don’t know. Maybe i will find it later :P
Genre : fluff, friendship
Disclaimer : Cuma plot ceritanya saja. Tokohnya bukan milikku. :P
Warnings : ini (sebenarnya) fanfic pertama ku. Maaf kalau masih kurang enak dibacanya. m_ _m Mungkin besok mau ku translate ke bahasa inggris.
soon will be an english version.
Summary : Arashi sedang berlibur dan Nino tidak bisa tidur bersebelahan dengan Sho.



Hari itu Arashi pergi berlibur. Mereka menginap disebuah penginapan. Karena sudah jadi kebiasaan bersama bila sedang berlibur mereka akan saling mendempetkan kasur mereka, begitu juga yang mereka lakukan di penginapan tersebut kali ini.

Malam itu, semuanya sudah tertidur lelap. Ohno dengan cepat langsung terlelap sesaat setelah merebahkan badannya di kasur. Aiba dengan gerakan tidurnya yang tak terprediksi. Jun yang tidur dengan tenang. Begitu pula dengan Sho.

Kecuali Nino, yang masih terbangun di kasurnya. Ia masih sibuk berpindah-pindah posisi. Berguling ke kiri, berguling ke kanan. Kadang ia terlentang dan kadang ia telungkup. Sesekali ia memukul bantalnya agar lebih nyaman bahkan ia membalikan bantalnya untuk merasakan sisi lain dari bantalnya. Nino benar-benar tak bisa tidur.

“Haaa... sepertinya aku tak akan bisa tidur sampai pagi,” bisik Nino pada dirinya sendiri.

Seberkas cahaya lampu jalan di luar kamar penginapan mereka berusaha menelusup masuk walau hanya cahaya yang remang. Nino menatap ke arah sebelah kirinya. Aiba tertidur dengan posisi yang sulit untuk dijelaskan. Nino lalu menoleh ke arah sebelah kanannya. Sho juga sudah tidur. Terlihat begitu damai dan tenang. Tumben sekali kali ini Sho tidak mendengkur. Nino tersenyum kecil. Kesempatan seperti menatap Sho yang tidur sangat jarang dan langka, karena biasanya yang lain akan sibuk menjahilinya. Nino tak akan menyesal bahwa ia tak bisa tidur asalkan ia bisa menatap wajah tidur Sho yang damai di sebelahnya.

“Ada apa, Nino?” tiba-tiba Sho yang matanya terpejam berbisik. Nino langsung mengerutkan keningnya. Bukankah Sho sudah tidur?

“Eeh...? aku pikir kau sudah tidur,” ujar Nino setengah berbisik. Ia tak mau mengambil resiko membangunkan anggota yang lain.

“Memang tadi sudah. Tapi terbangun lagi. Rasanya dari tadi seperti ada gempa,” jawab Sho sambil membuka matanya, melirik ke arah Nino. Wajah Nino langsung memerah, malu karena dilihat oleh Sho dan karena sudah membangunkannya.

“Ah... maafkan aku, Sho-chan. Apa aku terlalu menganggu?” tanya Nino berbisik.

“Tidak juga,” jawab Sho dengan pelan. Ia tersenyum. Setelah itu hening kembali. “Kau tak bisa tidur, ya?” tanya Sho lagi pada Nino.

“Ya. Sepertinya begitu,” jawab Nino sambil menghela napas.

“Mau main magical banana?” tanya Sho lagi.

“Kenapa harus magical banana?" Ia memasang wajah cemberut. "Bagaimana kalau yang lain terbangun?”

“Pelan-pelan saja kalau begitu. Siapa tahu setelahnya kau mengantuk dan bisa tidur,” usul Sho. Lalu mereka berdua memainkan permainan itu, magical banana. Dengan berbisik dan pelan. Tapi Nino belum juga merasa mengantuk.

“Ah... ini tidak akan berhasil, Sho-chan. Aku tidak mengantuk,” keluh Nino.

“Mungkin bantalmu terlalu keras jadi kamu tidak ingin tidur. Mau tukar dengan punyaku?” tanya Sho menawarkan. Nino setuju dan mereka bertukar bantal. Nino kembali mencoba tidur. Tetapi Nino tetap saja tak bisa tidur. Nino mengembalikan bantal Sho.

“Atau mungkin harus pakai selimut?” tanya Sho. Nino bergumam sejenak.

“Mungkin juga...” ujar Nino lalu ia menarik selimutnya. Tapi yang terjadi, Nino malah merasa tambah tidak nyaman dengan selimut yang menutupi dirinya. Ia lalu menendang selimut itu, menyingkirkannya dari tubuhnya sendiri.

“Aku lupa kalau aku tidak suka pakai selimut,” ujar Nino pelan.

“Kalau begitu, mau coba tidur di kasurku? Siapa tahu kasurnya yang membuatmu tak nyaman,” saran Sho lagi. Tak ada jawaban dari Nino.

“Sho-chan...” panggil Nino dengan pelan.

“Ya, ada apa, Nino?”

“Kau... kau mau tahu mengapa aku tak bisa tidur?”

“Hmm...? Apa alasanmu tak bisa tidur Nino? Tak baik untukmu kalau tak segera tidur,” ujar Sho dengan khawatir.

“Sebenarnya... sebenarnya aku...” Nino terdiam sejenak sambil melirik ke arah Sho. “Aku tak bisa tidur karena berada di sampingmu. Dan berada di sampingmu membuatku... membuatku berdebar-debar,” jelas Nino. Sho bisa melihat ekspresi Nino yang malu dan sedikit semburat merah di wajahnya.

“Berdebar?” tanya Sho lagi.

“I...iya. berada di sampingmu membuatku berdebar-debar. Aku jadi tak bisa tidur,” lanjut Nino lagi.

“Jadi... aku harus menjauh darimu? Supaya kau bisa tidur,” tanya Sho.

“Bu... bukan begitu, Sho-chan,” cegah Nino. Suaranya hampir berteriak. Sadar akan perubahan suaranya, Nino langsung membekap mulutnya sendiri.

“Ooh... Syukurlah...” ujar Sho lembut.

“Eh? Maksudmu?” tanya Nino kebingungan. Tiba-tiba Nino merasakan tangan Sho mengenggam tangannya dengan lembut. Ada perasaan hangat yang mereka rasakan.

“Kau tak bisa tidur karena berada di sampingku, kan?” tanya Sho memperjelas situasi mereka.

“Iya,” jawab Nino singkat.

“Tapi bagaimana kalau kau tidur di dekatku?” tanya Sho. Tak ada jawaban dari Nino. Nino terdiam. Sho bisa melihat wajah kemerahan Nino. Entah itu karena malu atau karena takut akan perasaannya sendiri. Sho juga bisa merasakan tangan Nino membalas genggaman Sho.

Tak mau menunggu jawaban yang dirasa tak akan segera keluar dari bibir manis Nino, ia langsung menarik lengan Nino beserta Nino ke kasur miliknya. Sho mendekap tubuh mungil Nino yang masih terkejut. Awalnya Nino ingin melepaskan diri tapi saat dekapan Sho semakin erat, ia mengurungkan niatnya. Sho menyentuh dan membelai kepala Nino dengan lembut dengan jemarinya. Saat itulah, Nino semakin mendekatkan dirinya pada Sho. Ia tak ingin lepas dari dekapan Sho yang hangat.

“Ini namanya bukan “Tidur didekatku” Sho-chan. Tapi dalam pelukanmu,” protes Nino dengan wajah pura-pura cemberut. Sho tertawa kecil.  Nino menyandarkan kepalanya pada dada bidang Sho. Ia bisa merasakan jantung Sho yang berdetak begitu dekat dengannya.

“Apa perlu kunyanyikan lagu tidur?” tanya Sho. Nino menggelengkan kepalanya. Sho lalu mencium kepala Nino dengan lembut.

“Oyasumi, Kazu...” ujar Sho lembut sambil mencium kepala Nino. Nino tersenyum kecil. Ia memperbaiki posisinya dalam dekapan Sho. Mencari kehangatan didalamnya dan tak ingin dekapan itu terlepas.

“Oyasumi, Sho-chan...” bisik Nino pelan. Tak lama kemudian Sho dan Nino sudah terlelap dalam dunia mimpi mereka masing-masing.

~*~

Esok paginya, saat yang lain belum bangun, Nino bangun lebih awal. Ia masih dalam dekapan Sho. Nino memandang kearah Sho yang masih terlelap begitu pulas dan damai dalam tidurnya. Dengan perlahan, Nino melepaskan diri dari dekapan Sho. Ia tak ingin membangunkan Sho yang masih tertidur. Sebelum ia kembali ke kasurnya, sekali lagi Nino memandangi wajah Sho dan tersenyum.

“Arigatou-nee, Sho-chan...” bisik Nino ditelinga Sho lalu mencium pipi Sho dan kembali ke kasurnya sebelum yang lainnya terbangun.

---------------------------------------------------------

A.n. wuaah... aku tahu aku ga bakat nulis. Mohon maafkan kalau ada bahasa yang aneh. Aku tahu bahasa yg ku pakai terlalu baku. Tapi saat aku nulis ini, yang ada dikepala aku bahasa baku... ゚(゚´Д`゚)゚。 *sepertinya aku harus belajar lagi dari yang lain* --__--"
Please give me some comment. Komentar diterima dengan baik. (o⌒∇⌒o)

Profile

yumn_yumi: (Default)
yumn_yumi

December 2020

S M T W T F S
  1 2345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Page Summary

Style Credit

Expand Cut Tags

No cut tags
Page generated Jul. 22nd, 2025 08:27 pm
Powered by Dreamwidth Studios